{"id":36953,"date":"2025-01-12T05:29:50","date_gmt":"2025-01-12T05:29:50","guid":{"rendered":"https:\/\/baqimemorialpark.id\/jurnal\/?p=36953"},"modified":"2025-03-08T06:38:24","modified_gmt":"2025-03-08T06:38:24","slug":"tajassus-dosa-besar-menghancurkan-kehormatan-muslim","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/baqimemorialpark.id\/jurnal\/musahabah\/tajassus-dosa-besar-menghancurkan-kehormatan-muslim\/","title":{"rendered":"Hobi Ngulik Aib ? Bersiaplah Dosa Tajasus Mengintaimu"},"content":{"rendered":"

Bismillahirrahmanirrahim. Dalam dinamika kehidupan sosial, manusia seringkali tergoda untuk mencampuri urusan orang lain, mengorek-ngorek keburukan, serta mencari-cari aib yang sejatinya bukan haknya untuk diketahui. Fenomena ini dikenal dalam Islam sebagai tajassus<\/strong>, yakni kebiasaan mengintai atau menyelidiki kesalahan orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan kita dengan firman-Nya:<\/p>\n

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain…”<\/em> (QS. Al-Hujurat: 12)<\/p>\n

Ayat ini bukan sekadar larangan, tetapi juga peringatan serius terhadap penyakit hati yang merusak sendi-sendi kehidupan berislam. Tajassus bukan hanya melukai individu yang menjadi objeknya, tetapi juga meruntuhkan nilai kepercayaan, kehormatan, dan persaudaraan dalam Islam.<\/p>\n

Tajassus, Dosa Besar yang Mengancam Keselamatan Dunia Akhirat<\/strong><\/h2>\n

Mencari keburukan orang lain tidak hanya merusak hubungan sesama Muslim, tetapi juga mengikis nilai-nilai Islam. Ketika budaya saling menelanjangi kesalahan semakin mengakar, niscaya akan lahir masyarakat yang penuh dengan kecurigaan, dendam, dan permusuhan.<\/p>\n

Lebih dari itu, tindakan menguping dan menyebarkan aib memiliki konsekuensi yang berat di akhirat. Rasulullah Shallallahu \u2018alaihi wa sallam bersabda:<\/p>\n

“Barangsiapa berusaha mendengarkan pembicaraan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (didengarkan), atau mereka menjauh darinya, maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.”<\/em> (HR. Al-Bukhari, no. 7042)<\/p>\n

Hadits<\/a> ini menggambarkan betapa mengerikannya balasan bagi mereka yang gemar mencari-cari kesalahan orang lain. Telinga yang seharusnya digunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah, justru digunakan untuk menyerap keburukan sesama. Maka, pertanyaannya, apa yang akan kita bawa di hadapan Allah kelak ?<\/p>\n

Fenomena ini mengajarkan bahwa setiap individu harus memiliki kontrol diri dalam mengelola rasa ingin tahu. Bukan aib orang lain yang harus menjadi objek perhatian, melainkan introspeksi terhadap diri sendiri. Apakah kita sudah cukup menjaga kehormatan sesama? Apakah kita sudah berlaku adil dalam menilai orang lain?<\/p>\n

Islam tidak melarang kita untuk mengkritisi atau menegakkan keadilan, tetapi ada batas-batas yang tidak boleh dilanggar. Setiap manusia memiliki kehormatan yang harus dijaga, sebagaimana sabda Rasulullah:<\/p>\n

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi dan tidak boleh menyerahkannya kepada musuh. Barang<\/em> sia<\/em>pa<\/em> memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.”<\/em> (HR. Al-Bukhari dan Muslim)<\/p>\n

Jika ada keburukan dalam masyarakat, tugas kita bukan mempermalukan, tetapi memberikan nasihat dan solusi. Jika ada kesalahan yang terjadi, yang diperlukan bukan cibiran, tetapi bimbingan.<\/p>\n

Pada akhirnya, martabat manusia bukan ditentukan oleh keburukan orang lain yang ia ketahui, melainkan oleh integritas dirinya dalam menjaga kehormatan sesama.<\/p>\n

\"Tajassus<\/p>\n

Mengapa Tajassus Berbahaya?<\/strong><\/h3>\n

Dampak buruk dari kebiasaan mencari kesalahan orang lain bukan sekadar masalah etika, tetapi juga memiliki implikasi besar terhadap kesehatan moral individu dan stabilitas sosial. Beberapa alasan utama mengapa tajassus sangat berbahaya adalah:<\/p>\n