Bismillahirrahmanirrahim. Wahai jiwa yang terpenjara dalam aliran kehidupan yang penuh liku, ketika kita menapak di bumi ini, sejatinya kita sedang diuji dengan beragam godaan. Salah satunya adalah godaan untuk mencari-cari aib saudara kita, yang dikenal dengan istilah tajassus. Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita dalam firman-Nya, “Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12) Di …
Bismillahirrahmanirrahim.
Wahai jiwa yang terpenjara dalam aliran kehidupan yang penuh liku, ketika kita menapak di bumi ini, sejatinya kita sedang diuji dengan beragam godaan. Salah satunya adalah godaan untuk mencari-cari aib saudara kita, yang dikenal dengan istilah tajassus. Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita dalam firman-Nya, “Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12) Di balik peringatan ini, ada makna yang begitu dalam, yang harus kita renungkan dengan hati yang penuh takwa. Tajassus bukanlah dosa yang remeh, tetapi ia adalah benih kerusakan yang dapat menumbuhkan kehancuran dalam hati kita dan dalam tatanan masyarakat yang kita bangun bersama.
Tajassus, Dosa Besar yang Mengancam Keselamatan Dunia Akhirat
Wahai hati, apakah engkau menyadari bahwa dalam setiap langkahmu yang berniat untuk mengintip dan mencari tahu aib orang lain, ada penodaan terhadap martabat kemanusiaan yang mulia? Imam adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar al-Haitami telah menegaskan bahwa perbuatan ini adalah dosa besar, yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam lembah kehancuran. Allah berfirman, “Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12). Sebuah peringatan yang begitu jelas, bahwa mencari-cari keburukan sesama kita adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah.
Apakah kita tidak tahu bahwa pada Hari Kiamat kelak, setiap perbuatan kita yang tersembunyi akan dibalas dengan sangat adil? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berusaha mendengarkan pembicaraan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (didengarkan), atau mereka menjauh darinya, maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari, no. 7042). Perhatikanlah ancaman ini, wahai jiwa yang sering terjerumus dalam kebiasaan memandang rendah orang lain. Telinga kita yang seharusnya digunakan untuk mendengarkan kalam Allah, digunakan untuk menyerap aib sesama—lalu apa yang akan kita bawa di hadapan Allah?
Menyadari Kerusakan yang Ditimbulkan oleh Tajassus
Ketahuilah, wahai hati yang rapuh, bahwa setiap kali kita memutuskan untuk mencari-cari keburukan orang lain, kita sebenarnya tengah merusak ketenangan diri kita sendiri. Setiap tajassus bukan hanya merusak hubungan kita dengan orang lain, tetapi juga menumbuhkan rasa benci yang tak berujung dalam hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dalam sabda-Nya:
“Jika engkau mencar-cari keburukan-keburukan orang, engkau telah merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka.” (HR. Abu Dawud, no. 4888).
Apa yang sebenarnya kita cari dalam mengorek-ngorek keburukan orang lain? Tidakkah kita sadar bahwa ketika kita merusak orang lain, kita juga sedang merusak kedamaian dalam hati kita sendiri? Ketika aib seseorang kita buka, kita tidak hanya menodai kehormatan mereka, tetapi juga menumbuhkan api permusuhan yang tak pernah padam. Allah yang Maha Bijaksana telah menutupi banyak aib kita, namun kita malah dengan sengaja membuka aib orang lain. Bukankah ini sebuah kezaliman yang besar?
Baca Juga :
Kenapa Mujahir Tidak Bisa Masuk Surga ? Ini Kisah Musahabahnya
Tajassus, Ancaman yang Menghancurkan
Berdirilah di hadapan cermin jiwa kita, wahai yang mencari ketenangan, dan tanyakan pada diri kita, Apakah kita rela mengorbankan kedamaian hati demi mendengarkan bisikan setan yang mendorong kita untuk mencari tahu keburukan orang lain? Imam al-Ghazali mengingatkan bahwa setan selalu berusaha membuat kita tergoda untuk mencampuri urusan yang bukan hak kita, hingga kita terjebak dalam keburukan yang berlipat. Setiap kali kita mendekati keburukan orang lain dengan niat mencari kesalahan mereka, kita telah membuka pintu bagi keburukan itu untuk merasuki hati kita sendiri.
Janganlah kita berpikir bahwa tajassus adalah sebuah kebiasaan yang bisa dianggap enteng, atau bahkan suatu bentuk perhatian. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa mengintip aib orang lain adalah dosa yang begitu besar, hingga bisa membuat kita kehilangan kehormatan di dunia dan akhirat. Bahkan, beliau berkata:
“Jika seseorang mengintipmu tanpa izin lalu engkau melemparnya dengan kerikil sehingga dia kehilangan matanya, engkau tidak berdosa.” (HR. Al-Bukhâri, no. 6902; Muslim, no. 2158).
Betapa besar ancaman bagi mereka yang dengan sengaja mencari tahu kekurangan orang lain tanpa izin. Jika kita benar-benar memahami makna ini, kita akan merasa ngeri dan malu atas setiap perbuatan yang mencederai kehormatan orang lain.
Menutupi Aib, Jalan Menuju Ridha Allah
Wahai jiwa yang rapuh, apakah engkau merasa damai ketika membicarakan keburukan orang lain? Tidakkah engkau merindukan ketenangan yang datang dengan menutupi aib saudara-saudara kita? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib saudaranya, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim).
Ini adalah janji yang sangat indah, wahai diri yang berusaha mencari kedamaian di tengah kegelisahan dunia. Ketahuilah bahwa menutupi aib saudara kita adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Setiap kali kita memilih untuk menutupi kesalahan orang lain, kita membuka kesempatan bagi Allah untuk menutupi kesalahan kita sendiri. Maka, marilah kita menjadi pribadi yang menutupi keburukan orang lain, bukan mencarinya.
Muhasabah Diri dalam Cinta Ilahi
Wahai jiwa, marilah kita muhasabah, renungkan dengan hati yang tulus, apakah kita sudah benar-benar menahan diri dari tindakan yang merusak kehormatan orang lain? Janganlah kita terperangkap dalam godaan untuk mengintip atau mencari tahu kesalahan saudara kita, karena setiap langkah tersebut semakin menjauhkan kita dari kedamaian yang sejati. Mari kita hidup dengan penuh kasih sayang, menutupi aib orang lain, dan memperbanyak doa agar Allah menutupi aib kita di dunia dan akhirat.
Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita untuk menjauhi segala bentuk tajassus, dan memperbaiki diri menuju jalan yang penuh barakah. Aamiin.